Cerpen Tentang Kehidupan Sehari – Hari
Oleh : Adi Wijaya, ST., M.Kom.
Senin, awal pekan yang penuh kesibukan dan padat
kegiatan. Hari ini ada dua jadwal yang sangat penting yang harus saya ikuti
yaitu; memimpin rapat di sekolah dalam penyusunan soal ujian sekolah dan
mengikuti materi Sekolah Menulis Buku Ramadhan Keren. Alhamdulillah dengan
teknik yang saya gunakan, dapat mengikuti kedua kegiatan tersebut walaupun
dalam waktu yang hampir bersamaan.
Materi hari ini di bawakan oleh Adi Wijaya, ST., M.Kom. Adi Wijaya seorang novelis dan editor Penerbit Yapensi.
Salah Satu karya beliau adalah buku Istana Cinta yang menjadi mahar pernikahannya.
Materi ini dipandu oleh ibu Zuraidah, S.Pd. Guru SMP
Negeri 2 Maros sekaligus menjadi Kepala Perpustakaan di sekolah yang menjadi
salah satu sekolah pavorit di Kabupaten Maros.
Di awal materi pak Adi memberikan motivasi mengenai menjadi seorang penulis. Menulis adalah panggilan hati. Seiring dengan perkembangan zaman banyak terjadi pergeseran di berbagai profesi. Banyak profesi yang sudah hilang atau berkurang. Sebagai contoh petugas loket di jalan tol, seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi, petugas loket di jalan tol semakin dikurangi bahkan tidak ada. Bahkan banyak profesi lain yang akan mengalami nasib seperti itu. Namun ada profesi yang tidak akan hilang, yaitu penulis. Mengapa?. Sebab penulis mengandalkan ide dan ide itu bersumber dari otak manusia dan tak akan dapat tergantikan se maju apapun teknologi.
Salah satu motivasi menulis yang diberikan seperti
kalimat berikut ini, yang di kutif dari pendapat Sayyid Qutib.
“Satu peluru hanya mampu
menembus satu kepala, namun satu tulisan mampu menembus ribuan malah jutaan
kepala.”
Kemudian Pramudya
Ananta Toer, dalam Child of All Nations
mengemukakan, “Tahu kau mengapa aku
sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam
ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari.”
Selanjutnya
Imam Ghazali mengemukakan “Jika kau
bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah!”
Salah Satu Buku yang ditulis Adi Wijaya |
Secara
gamblang materi mengenai cerpen di paparkan utamanya unsur – unsur dalam
penyusunan cerpen.
Cerita pendek (cerpen) adalah salah satu jenis prosa yang isi ceritanya bukan kejadian nyata dan
hanya dibuat-buat. Jumlah kata di dalam cerita pendek tidak lebih dari
10.000 kata. Penulisan cerita pendek menggunakan gaya bahasa yang naratif, padat dan langsung kepada inti cerita.
Unsur
penyusun cerpen dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Menggugah dengan cerita
Dalam kehidupan
sehari hari kita penuh dengan cerita. Dari bangun sampai tidur penuh dengan
cerita. Bila kita menilik isi dari Al Quran yang merupakan kitab suci bagi
agama Islam, di dalamnya selain mengatur tentang pedoman hidup bagi umat Islam
juga berisi kisah mengenai para nabi, keluarga Imran, keluarga Lukman dan
lain-lain. Kisah tersebut merupakan kisah nyata dan diakui kebenarannya.
Pada saat
kita menulis cerpen tentu kita akan menuliskan cerita yang bagi kita mempunyai
makna dan arti atau kesan. Apakah kisah itu berasal dari pengalaman pribadi
atau orang lain, atau mungkin hanya cerita khayalan kita. Cerita yang kita
tuliskan itu dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran orang lain. Kita dapat
menuangkan ide dan pikiran kita dalam cerita tersebut, sehingga apa yang
menjadi ide kita dapat tersampaikan kepada pembaca.
2.
Tema
Tema adalah ide pokok sebuah
cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber pada cerita. Tema menjadi rel
agar tulisan kita tidak lari kemana mana.
Dalam uraian pemateri mengemukaan tema jangan jadi boomerang. Tema
jangan terlalu lebar dan jangan terlalu sempit. Kita harus bebaskan pikiran
agar kita dapat berpikir secara bebas.
3.
Sudut Pandang
Sudut pandang adalah arah pandang seorang penulis dalam menyampaikan
sebuah cerita, sehingga cerita tersebut lebih hidup dan tersampaikan dengan
baik pada pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, sudut pandang merupakan
cara penulis memandang/menempatkan dirinya dalam sebuah cerita.
Sudut pandang dapat dibagi atas 2, yaitu :
Sudut pandang orang pertama
biasanya menggunakan kata ganti “aku” atau “saya” atau juga “kami” (jamak). Pada saat menggunakan sudut pandang orang pertama, Anda
seakan-akan menjadi salah satu tokoh dalam cerita yang sedang dibuat. Si
pembaca pun akan merasa melakoni setiap cerita yang dikisahkan.
Sesuai dengan namanya–sudut pandang orang
pertama (tokoh utama)–si penulis seolah-olah ‘masuk’ dalam cerita tersebut
sebagai tokoh utama/tokoh sentral dalam cerita (first person central).
Segala hal yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, tingkah laku, atau kejadian
yang tokoh “aku” lakukan akan digambarkan pada cerita tersebut. Ia akan
menjadi pusat kesadaran dan pusat dari cerita. Jika ada peristiwa/tokoh di luar
diri “aku”, peristiwa/tokoh itu akan diceritakan sebatas keterkaitan dengan
tokoh “aku”.
b)
Sudut pandang orang ketiga.
Pada teknik sudut pandang orang atau pihak
ketiga. Kata rujukan yang
digunakan ialah “dia” “ia” atau nama tokoh dan juga mereka (jamak).
Kata ganti ini digunakan untuk menceritakan tokoh utama dalam sebuah cerita.
Selain kata ganti yang digunakan, ada satu
hal lagi yang membedakan antara sudut pandang orang pertama dan sudut pandang
orang ketiga, yaitu kebebasan peran di dalam cerita. Pada sudut pandang orang
pertama, si penulis bisa menunjukkan sosok dirinya di dalam cerita, dan ini
tidak berlaku pada sudut pandang orang ketiga. Pada sudut pandang orang
ketiga, si penulis berada ‘di luar’ isi cerita dan hanya mengisahkan tokoh
“dia” di dalam cerita.
4. Tokoh dan penokohan
Tokoh adalah orang orang yang diceritakan dalam
cerita dan banyak mengambil peran dalam cerita.
Penokohan menggambarkan watak atau
karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
a.
Dialog tokoh
b.
Penjelasan tokoh
c.
Penggambaran fisik tokoh
5. Konflik
Konflik adalah pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen.
Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi dalam peristiwa yang diceritakan
orang lain, yang kita lihat sendiri,
atau bahkan yang ada pada imajinasi kita sebagai penulis. Misalnya kalau kita
melihat sebuah tawuran, maka ia bisa dijadikan konflik sebuah cerpen.
Konflik dalam cerpen tidak serumit yang ada pada novel. Novel
biasanya punya konflik lebih dari satu. Namun cerpen bisanya hanya punya satu
konflik besar, sehingga bisa digali cukup dalam untuk menjadi sebuah sajian
yang menarik. Konflik yang out of the box,
maupun konflik yang sederhana, masing-masing punya daya tarik tersendiri.
6. Latar
Latar(setting) adalah tempat,
waktu, suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas di mana
berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita
berlangsung.
Latar ada yang kuat dan ada yang lemah.
Contoh latar yang lemah, “ Amir bangun
dipagi hari, matahari menampakkan sinarnya yang cerah di Kota Makassar.”
Contoh latar yang kuat, “ Amir duduk
termenung di pinggir pantai Losari sambil disapa hembusan angin dan sapaan
ramah dari penjual pisang epe.
7. Alur
Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang
membentuk sebuah cerita.
Alur terdiri dari alur maju dan alur mundur.
Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan
waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.
Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan
urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback)
8. Amanat
sangat bermanfaat
BalasHapus