Senin, 19 April 2021

Teknik Jitu Menulis Cerita Pendek

 Cerpen Tentang Kehidupan Sehari – Hari

Oleh : Adi Wijaya, ST., M.Kom.



Senin, awal pekan yang penuh kesibukan dan padat kegiatan. Hari ini ada dua jadwal yang sangat penting yang harus saya ikuti yaitu; memimpin rapat di sekolah dalam penyusunan soal ujian sekolah dan mengikuti materi Sekolah Menulis Buku Ramadhan Keren. Alhamdulillah dengan teknik yang saya gunakan, dapat mengikuti kedua kegiatan tersebut walaupun dalam waktu yang hampir bersamaan.

Materi hari ini di bawakan oleh Adi Wijaya, ST., M.Kom.  Adi Wijaya seorang novelis dan editor Penerbit Yapensi.

Salah Satu karya beliau adalah buku Istana Cinta yang menjadi mahar pernikahannya.



Materi ini dipandu oleh ibu Zuraidah, S.Pd. Guru SMP Negeri 2 Maros sekaligus menjadi Kepala Perpustakaan di sekolah yang menjadi salah satu sekolah pavorit di Kabupaten Maros.

Di awal materi pak Adi memberikan motivasi mengenai menjadi seorang penulis. Menulis adalah panggilan hati. Seiring dengan perkembangan zaman banyak terjadi pergeseran di berbagai profesi. Banyak profesi yang sudah hilang atau berkurang. Sebagai contoh petugas loket di jalan tol, seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi, petugas loket di jalan tol semakin dikurangi bahkan tidak ada. Bahkan banyak profesi lain yang akan mengalami nasib seperti itu. Namun ada profesi yang tidak akan hilang, yaitu penulis. Mengapa?. Sebab penulis mengandalkan ide dan ide itu bersumber dari otak manusia dan tak akan dapat tergantikan se maju apapun teknologi.

Salah satu motivasi menulis yang diberikan seperti kalimat berikut ini, yang di kutif dari pendapat Sayyid Qutib.

“Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala, namun satu tulisan mampu menembus ribuan malah jutaan kepala.” 

 

Kemudian Pramudya Ananta Toer, dalam Child of All Nations mengemukakan, “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari.”

 

Selanjutnya Imam Ghazali mengemukakan “Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah!”

Salah Satu Buku yang ditulis Adi Wijaya


Secara gamblang materi mengenai cerpen di paparkan utamanya unsur – unsur dalam penyusunan cerpen.

 

Cerita pendek (cerpen) adalah salah satu jenis prosa yang isi ceritanya bukan kejadian nyata dan hanya dibuat-buat. Jumlah kata di dalam cerita pendek tidak lebih dari 10.000 kata. Penulisan cerita pendek menggunakan gaya bahasa yang naratif, padat dan langsung kepada inti cerita.

 

Unsur penyusun cerpen dapat diuraikan sebagai berikut:

1.   Menggugah dengan cerita

Dalam kehidupan sehari hari kita penuh dengan cerita. Dari bangun sampai tidur penuh dengan cerita. Bila kita menilik isi dari Al Quran yang merupakan kitab suci bagi agama Islam, di dalamnya selain mengatur tentang pedoman hidup bagi umat Islam juga berisi kisah mengenai para nabi, keluarga Imran, keluarga Lukman dan lain-lain. Kisah tersebut merupakan kisah nyata dan diakui kebenarannya.

Pada saat kita menulis cerpen tentu kita akan menuliskan cerita yang bagi kita mempunyai makna dan arti atau kesan. Apakah kisah itu berasal dari pengalaman pribadi atau orang lain, atau mungkin hanya cerita khayalan kita. Cerita yang kita tuliskan itu dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran orang lain. Kita dapat menuangkan ide dan pikiran kita dalam cerita tersebut, sehingga apa yang menjadi ide kita dapat tersampaikan kepada pembaca.

 

2.   Tema

Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber pada cerita. Tema menjadi rel agar tulisan kita tidak lari kemana mana.

Dalam uraian pemateri mengemukaan tema jangan jadi boomerang. Tema jangan terlalu lebar dan jangan terlalu sempit. Kita harus bebaskan pikiran agar kita dapat berpikir secara bebas.

 

3.   Sudut Pandang

Sudut pandang adalah arah pandang seorang penulis dalam menyampaikan sebuah cerita, sehingga cerita tersebut lebih hidup dan tersampaikan dengan baik pada pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, sudut pandang merupakan cara penulis memandang/menempatkan dirinya dalam sebuah cerita.

Sudut pandang dapat dibagi atas 2, yaitu :

a)    Sudut pandang orang pertama

Sudut pandang orang pertama biasanya menggunakan kata ganti “aku” atau “saya” atau juga “kami” (jamak). Pada saat menggunakan sudut pandang orang pertama, Anda seakan-akan menjadi salah satu tokoh dalam cerita yang sedang dibuat. Si pembaca pun akan merasa melakoni setiap cerita yang dikisahkan.

 

Sesuai dengan namanya–sudut pandang orang pertama (tokoh utama)–si penulis seolah-olah ‘masuk’ dalam cerita tersebut sebagai tokoh utama/tokoh sentral dalam cerita (first person central). Segala hal yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, tingkah laku, atau kejadian yang tokoh “aku” lakukan akan digambarkan pada cerita tersebut. Ia akan menjadi pusat kesadaran dan pusat dari cerita. Jika ada peristiwa/tokoh di luar diri “aku”, peristiwa/tokoh itu akan diceritakan sebatas keterkaitan dengan tokoh “aku”.

b)   Sudut pandang orang ketiga.

Pada teknik sudut pandang orang atau pihak ketiga. Kata rujukan yang digunakan ialah “dia” “ia” atau nama tokoh dan juga mereka (jamak). Kata ganti ini digunakan untuk menceritakan tokoh utama dalam sebuah cerita.

Selain kata ganti yang digunakan, ada satu hal lagi yang membedakan antara sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga, yaitu kebebasan peran di dalam cerita. Pada sudut pandang orang pertama, si penulis bisa menunjukkan sosok dirinya di dalam cerita, dan ini tidak berlaku pada sudut pandang orang ketiga. Pada sudut pandang orang ketiga, si penulis berada ‘di luar’ isi cerita dan hanya mengisahkan tokoh “dia” di dalam cerita.

4.    Tokoh dan penokohan

Tokoh adalah orang orang yang diceritakan dalam cerita dan banyak mengambil peran dalam cerita.

Penokohan menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:

a.    Dialog tokoh

b.    Penjelasan tokoh

c.    Penggambaran fisik tokoh

 

5.    Konflik

Konflik adalah pertentangan atau ketegangan dalam sebuah cerpen. Konflik dapat mengangkat masalah yang terjadi dalam peristiwa yang diceritakan orang lain, yang kita  lihat sendiri, atau bahkan yang ada pada imajinasi kita sebagai penulis. Misalnya kalau kita melihat sebuah tawuran, maka ia bisa dijadikan konflik sebuah cerpen.

Konflik dalam cerpen tidak serumit yang ada pada novel. Novel biasanya punya konflik lebih dari satu. Namun cerpen bisanya hanya punya satu konflik besar, sehingga bisa digali cukup dalam untuk menjadi sebuah sajian yang menarik. Konflik yang out of the box, maupun konflik yang sederhana, masing-masing punya daya tarik tersendiri.

6.    Latar

Latar(setting) adalah tempat, waktu, suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas di mana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.

Latar ada yang kuat dan ada yang lemah.

Contoh latar yang lemah, “ Amir bangun dipagi hari, matahari menampakkan sinarnya yang cerah di Kota Makassar.”

 

Contoh latar yang kuat, “ Amir duduk termenung di pinggir pantai Losari sambil disapa hembusan angin dan sapaan ramah dari penjual pisang epe.

 

7.    Alur

Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.

Alur terdiri dari alur maju dan alur mundur.

Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.

Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback)

 

8.    Amanat

Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita. Pesan jangan dituliskan dalam sebuah kalimat. Namun biarkan pembaca yang menyimpulkan nilai atau amanat yang telah dituliskan dalam cerita.

Resume ini di rangkum oleh :
Amiruddin, S.Pd.
Guru IPS SMP Negeri 23 Simbang.

1 komentar:

Geliat Guru Maros dalam memperingati HGN ke 76 Tingkat Kabupaten Maros

HGN 76 Tingkat Kabupaten Maros Dalam rangka memeriahkan peringatan Hari Guru Nasional yang ke 76 yang jatuh pada tanggal 25 November 2021,...