Senin, 03 Mei 2021

Kisah Inspiratif Sang Penjaga Budaya Lokal Bugis Makassar


PEREMPUAN MAKASSAR

Karya : Dr. Hj. Kembong Daeng.


Perempuan insan yang mulia
Engkau mahluk dimuliakan
Rasulullah berikan keutamaan untukmu
Engkau diberi kelebihan
Mengandung, melahirkan, dan menyusui
Pakaianmu engkau jaga
Ulet, tekun, sabar dan bertaqwa, berilmu dan terampil
Agar engkau dihormati dan dihargai
Nama baikmu engkau junjung tinggi
Engkau tiang negara
Penopang kokohnya negara


Makassar, tanah kelahiranmu
Adat istiadat engkau pertahankan
Kasih sayang dan kedamaian engkau tebarkan
Ajaran agama engkau jalankan
Sapaan santun selalu ucapkan
Senyum manismu engkau tebarkan
Ramah dan sopan pada semua insan
Engkau perempuan Makassar
Rindukan ridha Ilahi Rabbi


Perempuan Makassar, bangkitlah
Engkau harus cerdas nan bermartabat
Jaga kehormatanmu
Pertahankan nama baik keluarga
Engkau harapan bangsa
Lahirkan generasi cerdas nan bermartabat
Sipakatau, sipakalakbirik, sipakaingak
cerminan budayamu
Jangan biarkan keserakahan dan kebatilan merajalela
Engkau miliki budaya sirik na pacce
Didik generasimu dengan cinta dan kasih sayang
Jadikan generasi cerdas dan berkarakter


Perempuan Makassar, berjuanglah
Engkau tiang negara
Negara kokoh karena engkau
Tapi, jangan jalan sendiri
Mari bergandengan tangan
Besatu padu
Membangun negeri tercinta
Semoga negeri aman sejahtera


Makassar, 7 April 2018



https://makassar.tribunnews.com/2018/11/30/dosen-unm-kembong-daeng-bakal-terbitkan-antologi-puisi-dan-kelong-makassar



Mengawali tulisan saya ini sengaja saya menuliskan puisi dari perempuan hebat yang dimiliki oleh Indonesia, khususnya lagi Sulawesi Selatan.  Beliau adalah Bunda Hj. Kembong Daeng. Perempuan inspiratif ini hadir sebagai narasumber dalam Sekolah Menulis Buku Ramadhan Keren Kabupaten Maros pada pertemuan kedelapan. 


Menggali ilmu dan kisah dari beliau sebenarnya bagi saya tidak cukup hanya melalui kegiatan virtual saja, perlu tatap muka langsung agar pancaran inspirasi dan gelombang ketulusan jiwa beliau dalam mempertahankan dan budaya Sulawesi Selatan dapat tersampaikan kepada seluruh peserta.


Rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah Subhanawataala yang telah mempertemukan dengan beliau dalam kegiatan ini,  sehingga dapat mendengar petuah-petuah beliau dan kisahnya bagaimana cintanya kepada budaya lokal Makassar dan Bugis. 


Kali ini beliau akan memberikan inspirasi bagaimana kita mencintai bahasa ibu kita, apakah itu Bahasa Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar, agar bahasa ini tetap lestari dan tidak punah dan menjadi kebanggaan kita sebagai warga Sulawesi Selatan dan Indonesia pada umumnya.


Bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2021, beliau mulai berbagi kisah bagaimana awalnya beliau sangat tertarik dengan budaya Makassar.

Sebenarnya beliau bukanlah alumni dari Jurusan Bahasa Daerah, namun sebagai penutur bahasa ibu, Bahasa Makassar beliau merasa bertanggung jawab terhadap bahasa daerah tersebut, agar bahasa daerah ini tetap lestari dalam masyarakat. Hal itu perlu kita jaga dan kita harus membiasakan diri kita dan bangga dapat menggunakan dan menggali budaya lokal kita utamanya bahasa daerah.

Kita bangga karena bahasa daerah kita memiliki huruf Lontara yang dapat kita pelajari dan ajarkan secara tertulis.


Berikutnya yang membuat beliau mengapa begitu tertarik dalam mengembangkan buku bahasa daerah ini, karena buku bahasa daerah, itu-itu saja. Sehingga tidak ada pengembangan, padahal leluhur kita itu memiliki literasi yang sangat bagus. Buktinya salah satu naskah yang terpanjang di dunia adalah Lagaligo. ini membuktikan bahwa kita memiliki leluhur yang begitu pandai dan sangat peduli dengan literasi, jadi sewajarnya kita dapat memelihara dan mempertahankan hal-hal tersebut. 

Kita dapat melihat sekarang bahasa daerah kita sudah mulai tidak dipedulikan, sehingga seakan akan menjadi tamu di negerinya sendiri. Buku bahasa daerah yang ada dibuat, tetapi isinya menggunakan Bahasa Indonesia, misalnya rumah sakit, padahal seharusnya dituliskan balla garring, sehingga ada pembelajaran langsung mengenai kosakata dalam Bahasa Makassar.


Sebagai seorang dosen, menjadi tuntutan tugas dan karir bukan hanya mengajar tetapi juga meneliti dan pengabdian kepada masyarakat, sehingga salah satu bentuk penelitian dan pengabdian dalam masyarakat adalah bagaimana menulis dan mengembangkan budaya lokal masyarakat Sulawesi Selatan. Jika digali secara mendalam maka banyak sekali budaya lokal yang dapat kita angkat, seperti kelong, paupau rikadong, pappaseng dan lain-lain.

Menulis itu adalah seni, tidak ada tulisan yang sempurna, jadi jangan takut menulis.

Lebih baik salah dalam menulis, daripada tidak pernah menulis karena takut berbuat kesalahan.


Menulis itu adalah motivasi. Kita dapat menulis apa yang ada disekitar kita, bahkan mulai dari bangun tidur kita dapat mulai menulis. Ide yang muncul perlu segera kita tulis dalam sebuah catatan-catatan sehingga menjadi sebuah tulisan yang dapat berguna bagi diri kita dan orang lain.


Dalam menulis harus fokus. Jadi kita harus memilih tema atau judul tulisan kita yang menjadi kesenangan kita dan fokus agar apa yang kita tulis itu menjadi ciri diri kita. Misalnya kenapa saya menulis tentang bahasa daerah Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar, karena jika saya menulis tentang Bahasa Indonesia sudah sangat banyak penulisnya. Tapi jika saya menulis tentang budaya dan bahasa lokal tentu tidak begitu banyak, bahkan hanya beberapa saja penulis yang fokus menulis tentang budaya dan bahasa lokal kita.


Bermimpilah, dalam kehidupan kita ini jika ingin menulis maka bermimpilah menghasilkan karya yang monumental. Karya kita menjadi warisan budaya bangsa. Kita harus mulai menulis, dengan menulis kita akan menjadi orang yang selalu bersyukur dan rendah hati. Sebab dengan membaca tulisan kita selalu merasa tidak sempurna dan kesempurnaan itu hanya milik Allah. 

Kita terbuka dengan saran dan kritik, karena dengan menerima saran dan kritik berarti apa yang kita tulis itu telah dibaca oleh orang tersebut. 


Mengenai budaya dan bahasa daerah, generasi kita sudah sangat terkikis identitas kedaerahannya, padahal ini adalah warisan leluhur kita. Penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa ibu atau bahasa tutur sudah sangat berkurang di dalam lingkungan kita sehari-hari. Baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Jika bahasa daerah ini sudah tidak diajarkan lagi di sekolah, maka anak-anak tidak akan lagi bertanya kepada orang tuanya mengenai kosakata bahasa daerah, sebab di lingkungan keluarga juga sudah tidak menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu.


Mari kita jaga kelestarian budaya dan bahasa daerah kita, agar warisan leluhur kita masih lestari dan mulailah kita menggunakan bahasa tersebut dari dalam rumah kita. Biarkan anak kita bangga sebagai orang Bugis, Makassar, Mandar ataupun Toraja. Mereka memiliki budaya yang begitu unik. Mereka bangga memiliki Lagaligo dan dapat berbahasa daerah meskipun mereka menguasai Bahasa Indonesia dan bahasa asing. Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja menjadi identitas mereka  dimanapun mereka berada.



Penulis: Amiruddin, S.Pd

            Guru IPS SMP Negeri 23 Simbang Kab. Maros.

            (Peserta Sekolah Menulis Buku Ramadhan Keren)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Geliat Guru Maros dalam memperingati HGN ke 76 Tingkat Kabupaten Maros

HGN 76 Tingkat Kabupaten Maros Dalam rangka memeriahkan peringatan Hari Guru Nasional yang ke 76 yang jatuh pada tanggal 25 November 2021,...