Cara Menghipnotis Siswa Melalui Bahasa Hipnotis
Pertemuan keempat pelatihan Guru Belajar Bicara yang diisi oleh Asep Herna. Disebabkan dalam perjalanan sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan secara langsung melalui zoom maka disempatkan menonton dari dari channel youtube
https://www.youtube.com/watch?v=Eg4eG3nNMZY.
Materi tentang bagaimana
kita mengeksplorasi kekuatan bahasa verbal maupun non verbal yang bisa menembus
subconscious audiens kita sehingga pesan yang kita sampaikan bisa menancap
bukan cuma di rasionalitas tapi juga di subconscious emotional (pikiran bawah sadar) audiens.
Pemateri menayangkan
tujuan yang akan dicapai dalam pelatihan malam ini ada 3, yaitu :
1)
Memahami mekanisme mental manusia
2)
Memahami teknik menggerakan audiens dengan
pola bahasa verbal/Hypnotic Languege Pattern
3)
Memahami cara menggerakan audiens dengan
bahasa nonverbal. Intinya kalau kita sebagai guru bagaimana kita memahami siswa
dan menggerakan siswa untuk belajar atau siswa bisa teredukasi.
Mengutif pendapat Jim Rhone “efektivitas komunikasi hanya 20% bisa menyentuh rasionalitas audiens
sedangkan 80 % menggunakan kemampuan emosional”.
Bila kta akan mengajak
atau mempengaruhi seseorang maka sentuhlah emosionalnya bukan rasionalnya.
Artinya, sebagai seorang public speaker kita harus mampu mengajak, menarik,
fokus terhadap audiens untuk masuk ke
apa yang sedang kita bahas, dengan memberikan penguatan pada materi atau hal
yang kita bawakan. Hal ini akan lebih mengena dibanding dengan memberikan
alasan.
Standar Hypnotic
Suspecbility Scale menjelaskan , kemampuan otak manusia dalam menerima pesan
dikelompokkan menjadi 3 tingkat yaitu:
1)
orang yang mudah disugesti (10%),
2)
orang moderat, tidak sulit tidak mudah
(85%) dan
3)
orang yang sulit menerima pesan (5%).
Jadi pada saat kita
berbicara dalam suatu forum, maka di hadapan kita orang-orang yang sedang
mendengar kita dibagi 10% yang langsung menerima pesan kita, 85% orang yang
tidak mudah dipengaruhi 85% dan sisanya 5% adalah orang-orang yang sulit kita
pengaruhi.
Berdasarkan teori tersebut
sebagai guru kita dapat mempraktekan
atau mengidentifikasi siswa kita mana yang masuk kelompok 10 %, 85% dan 5 %. Hal ini bertujuan untuk memetakan
bagaimana kita dalam melakukan pembelajaran agar siswa kita bisa teredukasi,
fokus dengan apa yang kita ajarkan/sampaikan.
Fokus
adalah mensinergikan apa yang ada di otak kita dengan fisik tubuh kita. Fokus
ini bisa kita latih dengan melakukan self
programming. Self Programming ini
akan mudah pada kelompok 10% sedangkan untuk kelompok 2 dan 3 harus Direct Program.
Sebuah pesan akan menjadi
kebenaran mutlak saat berhasil memrogram
subconscious audiens. Pesan
yang disampaikan itu positif atau negatif saat menembus ke subconscious audiens maka akan diterima menjadi kebenaran mutlak.
Pola bahasa hipnotik atau Hypnotic Language Pattern ada 2 yaitu
bahasa verbal dan non verbal. Pengertian
bahasa verbal adalah setiap kata memiliki nilai emosi yang dibangun dari
pengalaman sejak dia lahir hingga detik ini. Saat sebuah kata diucapkan maka
otak kita akan searching atau mencari makna kata tersebut dengan
menghubungkannya atas pengalaman yang pernah dirasakan. Inilah yang disebut
dengan Trans Derivational Search (TDS).
Ketika proses TDS terjadi, maka proses "Trance" pun terjadi.
Pola bahasa hipnotik ada
beberapa yaitu :
1. Rhyming
Rhyming =
permainan bunyi (alterasi dan asonansi).penggunaan rima yang konsisten mampu membuat orang memasuki trance, Itu
sebabnya ayat-ayat suci atau mantra akrab sekali dengan rima. Alterasi adalah
permainan bunyi vokal dan asonansi adalah permainan bunyi konsonan.
Contoh rima :
Gendang
gendut tali kecapi, kenyang perut senanglah hati
Inggris
kita linggis, Amerika kita setrika
Belum
nyoss kalau belum joss
2. Repetisi
Repetisi =
pengulangan kata. Kata, frase atau kalimat yang diulang merupakan alat efektif
untuk trance. Orator seperti Bung Karno, Hitler, Obama sering memakainya.
Sesuatu yang diulang akan mewujudkan dirinya menjadi realitas.
Contoh saat menghipnotis
kita gunakan kata ini :
Rasakan
kelopak mata anda rekat, jauh lebih rekat, jauh lebih rekat lagi. Semakin abda
berusaha membuka kelopak mata anda, maka kelopak mata anda semakin lebih rekat
lagi.
Contoh orasi Bung Karno :
"Kalau
Malaysia memakai diplomasi kita hadapi dengan diplomasi, kalau Malaysia memakai
politik ekonomi kita hadapi dengan politik ekonomi, kalau Malaysia memakai senjata, kita hadapi dengan senjata. Di sini
jelas ada rima dan ada repetisi, juga ada tingkatan atau klimaksnya.
3. Klimaks dan anti klimaks
Klimaks dan anti klimaks.
Pikiran bawah sadar manusia sangat peka dengan pola bahasa ini. Pola ini begitu
efektif memainkan intensi audiens.
Contoh :
"Dengan
hitungan 1, 2, 3 membuat kelopak mata semakin rekat, selanjutnya seratus kali
lebih rekat, semakin anda berusaha membuka kelopak mata maka akan semakin
rekat dan lebih rekat lagi". Intensitas
kekuatannya sama seperti anti klimaks.
Contoh :
"Saya
ingin Hypnotic Language Pattern ini dikuasai oleh adik-adik, saya ingin
Hypnotic Language Pattern ini dikuasai oleh ibu-ibu, saya ini ingin Hypnotic
Language Pattern ini dikuasai oleh bapak-bapak dan saya ini ingin Hypnotic
Language Pattern ini dikuasai oleh semua yang hadir di sini".
Contoh :
"Anak
jenderal ataupun kopral, anak manager ataupun massanger, anak orang kaya
ataupun rakyat jelata, semua berhak atas fasilitas pendodokan gratis di negeri
ini".
4. Asosiasi
Asosiasi. Asosiasi adalah
bagaimana kita mengibaratkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang memiliki
sifat, karakter atau arti yang sama. Penggunaan metafora, personifikasi, dan
analogi untuk menyampaikan sebuah pesan berpotensi pesan masuk langsung ke pikiran
bawah sadar tanpa filter critical factor terlebih dahulu. Contoh metafora :
Gantungkanlah cita-citamu
setinggi langit, kalau kau jatuh, kau akan jatuh diantara bintang-bintang
Kalau kau ingin mutiara,
kau harus berani terjun ke lautan
Hiduplah seperti air, ia
bisa mengalir, ia bisa menjadi riak yang tenang, tapi di suatu saat ia bisa
menjadi gelombang yang amat ganas.
5. Quote
Quote. Kalimat menjadi
powerful ketika mengekslporasi quote di dalamnya. Kita meminjam senjata
orang-orang besar menjadi kelengkapan senjata kita. Tingkat kepercayaan audiens
pun menjadi jauh lebih besar dan kuat. Kita menghadirkan atau mengidentifikasi
sosok orang lain lantas menjadi diri kita.
Eksplorasi kata benda.
Perkaya kata benda daripada kata kerja atau sifat. Kata benda lebih memancing
imajinasi, dan imajinasi berpotenso menjadi realitas dengan cepat.
Contoh :
"Saya
ingin anda bahagia, saya bermimpi anda sejahtera". Kalimat tersebut akan
lebih mengena bila diganti menjadi " Kebahagiaan anda adalah keinginan
saya, kesejahteraan anda adalah mimpi saya".
6. Present Tense
Present Tense. Bahwa
subconcious kita berada pada suatu waktu yaitu waktu sekarang bukan waktu
lampau atau masa depan. Gunakan penanda keterangan waktu "sekarang".
Hindari menggunakan kata "akan,
bakal, nanti" dan sejenisnya. Karena kata-kata itu bermakna sesuatu
yang tidak mungkin terjadi dan tidak dikenali
subconcious manusia.
Contoh :
"Anak-anak
mulai detik ini, saat ini kalian menjadi anak berbudi, anak yang sukses".
Jangan memakai kalimat "Anak-anak, nanti kalian akan menjadi anak berbudi,
anak yang sukses".
7. Kata Negasi Versus positif.
Kata negasi versus
positif. Pikiran bawah sadar manusia
tidak mengenali kata " tidak, tak, enggak, jangan" dan semua kata
negasi lainnya. Ubah kalimat negasi dengan afirmasi atau kalimat positif
lainnya. Kata negasi di sini bukan berarti kata-kata yang mengandung arti
negatif, tetapi sebaliknya. Maka hati-hati.
Contoh :
ketika
kita menghipnotis anak, kita menggunakan kalimat seperti ini, terdapat kata
negasinya, sehingga yang terjadi adalah kebalikannya. "Nak mulai saat ini
kamu akan menjadi anak yang hebat, tidak nakal lagi, tidak malas lagi".
Ada kata "TIDAK" ini akan berakibat sebaliknya.
8. Sebab Akibat
Sebab akibat. Eksplor
kalimat, momen, adegan, dengan format sebab akibat atau sebaliknya untuk
memancing kepercayaan subjek. Pikiran bawah sadar sangat peka dengan formulasi
kalimat ini, bahkan ketika format kalimat "sebab akibat" tidak
memiliki hubungan logis.
Contoh :
Saat
kita menghipnotis seseorang, tiba-tiba ada suara deru motor yang begitu keras.
Kita khawatir hipnotis kita tidak bisa menembus subjek, maka kita buat kejadian
ini untuk ambil bagian dari hipnotis kita, dengan cara memberi kalimat yang
tepat. Misalnya, "Jika anda mendengar deru motor maka pikiran anda akan
rileks, semakin anda keras mendengar deru motor maka akan semakin rileks,
seratus kali lebih rileks" dan seterusnya. Meski kalimat sebab akibat
tersebut tidak rasional.
Contoh :
"Karena
saya memiliki niat baik, karena saya memperjuangkan apa yang seharusnya anda
miliki. Karena saya merasa terlalu sulit untuk abai dan tidak peduli maka saya
hadir di sini".
9. Double Blind
Double Blind Mengondisikan subjek seakan-akan memiliki 2
pilihan. Padahal realitas sebenarnya subjek tidak memiliki pilihan, kecuali ide
yang kita tawarkan.
Contoh :
"Anak-anak
kalian bisa langsung mengerjakan soal ini mumpung masih hangat, atau kalian
istirahat dulu supaya otak kita fres lalu kita kerjakan. OK" (seolah-olah
memberi kebebasan, sebenarnya intinya anak-anak harus mengerjakan).
10. Submodalitas.
Submodalitas. Teknik ini
cocok untuk komunikasi personal bukan masal. Eksplorasi kata-kata yang sesuai
dengan submodalitas subjek. Apakh subjek tipe visual, audio, kinestetik,
olfactori, atau gustatori ? Salah satu cara mengenali tipe audiens adalah
dengan mengenali jenis kata apa yang sering diucapkan. Jika audiens sering
mengucapkan kata "bunyi, suara, dengar" artinya audiens bertipe
auditori. Begitu juga untuk tipe yang lain. Gunakan kata-kata yang sesuai
hobinya, minatnya, karakternya, disiplin ilmunya.
11. Pasing Leading
Pasing Leading. Menrima
dan mendukung apa yang dipikirkan, dikatakan dan diyakini subjek, lalu dengan
lembut menggiringnya untuk selaras dengan ide yang kita sodorkan. Filosofinya
adalah bahwa manusia adlah makhluk yang selalu ingin diterima. Ketika ini
terjadi maka keakraban pun terjadi. Ketika keakraban terjadi maka menjadi mudah
untuk melakukan call to action.
Contoh :
ketika
ada yang pertanyaan, Pak kok matematika itu kok sulit ribet sih. Maka kita bisa
menjawabnya begini, Naah, bapak setuju bahw matematika itu sulit ribet, saat
bapak belum mengerti cara belajarnya. Ternyata setelah menemukan cara belajar
dengan banyak latihan tidak hanya menghafal rumus, matematika menjadi mudah dan
mengasyikan. Jadi nagih. Buktinya sekarang bapak jadi guru matematika.
12. Indirect Suggestion
Indirect Suggestion.
Menyelinapkan sugesti atau perintah secara tidak langsung sehigga audiens tidak
merasa sedang diperintah. Tindakan menjadi seakan-akan sebuah kesadaran
internal diri audiens. Padahal itu adalah hasil dari program yang ditanamkan.
Contoh pesan yang
disampaikan saat kampanye.
Hai
bapak ibu apa kabar (bla..bla..). Bapak ibu di sini saya hadir untuk
silaturahmi bukan untuk kampanye. Ingat ya pak bu pada harinya nanti saya tidak
ada kewajiban bapak ibu memilih saya. Bapak ibu bisa memilih yang bapak ibu
sreg. (ada pesan tersembunyi/embeded command). Intonasi atau gestur saat mengucapkan.
Membacalah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Itulah buku terbaru omjay setelah sukses dengan buku menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi. Insya Allah akan diterbitkan penerbit YPTD Tahun 2021 ini. https://wijayalabs.com/2021/01/20/membacalah-setiap-hari-dan-buktikan-apa-yang-terjadi/
BalasHapusTerima kasih pak @wijaya kusumah
BalasHapus