Jejak
Manusia Purba
di
Taman Prasejarah Leang Leang
Kabupaten
Maros.
Taman Prasejarah Leang-Leang atau juga dikenal Taman Purbakala Leang-Leang adalah salah satu objek wisata andalan di Kabupaten Maros yang menyajikan wisata edukasi tentang kepurbakalaan.Kata "Leang-Leang" dalam bahasa bugis memiliki arti "gua". Taman prasejarah ini terletak pada deretan bukit kapur (karst) yang curam yang secara administratif berada di Lingkungan Leang-Leang, Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.
Lokasinya dapat ditempuh ± 15–30 menit dari Jl. Poros Bantimurung. Bantimurung yang merupakan jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone. Di taman ini terdapat banyak gua prasejarah yang menyimpan peninggalan arkeologis yang unik dan menarik. Para arkeolog berpendapat bahwa beberapa gua yang terdapat di sekitar kawasan tersebut pernah dihuni manusia sekitar 3.000-8.000 tahun SM.
Bukti keberadaan ini ditandai dengan lukisan prasejarah
berupa gambar babi rusa yang sedang melompat, puluhan gambar telapak tangan
yang ada pada dinding-dinding gua. Terdapat 5 buah telapak tangan manusia
purbakala yang ditemukan di Gua Pettae,
terdapat pula 27 bekas telapak tangan yang ditemukan di Gua Petta Kere. Selain lukisan prasejarah, juga terdapat benda laut
berupa kerang yang menandai bahwa gua tersebut juga pernah terendam dan
dikelilingi oleh laut. Keunikan lain adalah keberadaan sungai yang berada tepat
di depan Gua Leang-Leang, singkapan batu kapur yang tersebar di areal
persawahan penduduk, dan pemandangan Puncak Bulusaraung dari atas gua. Taman
prasejarah ini jaraknya tidak terlalu jauh dengan Kawasan Wisata Alam
Bantimurung yang merupakan objek wisata cukup diminati baik wisatawan domestik
maupun wisatawan mancanegara.
Gua
Pettae ditandai dengan pagar besi setinggi 1,5 m. Dari pintu
masuk sudah tampak gambar telapak tangan yang menjadi ikon gua ini. Terlihat
lima gambar telapak tangan tetapi hanya tiga telapak tangan yang bergambar
utuh.
Menurut masyarakat
sekitar, gambar telapak tangan utuh memiliki makna menangkal bala sedangkan
gambar telapak tangan dengan empat jari saja memiliki arti berdukacita. Gambar
telapak tangan tersebut dibuat dengan teknik negative hand stencil yaitu
menyemprotkan warna pada tangan kemudian ditempelkan ke permukaan dinding gua.
Warna merah pada seluruh gambar ini diperkirakan berasal dari batuan mineral
yang mengandung pigmen merah yang kemudian meresap ke dalam pori-pori dinding
gua dan membuatnya bertahan hingga ribuan tahun lamanya.
Berjarak 300 m dari Gua
Pettae, terdapat Gua Petta Kere yang dapat diakses melalui dua jalur. Jalur
utama yaitu melewati akses yang sudah baik, jalur kedua dengan menaiki anak
tangga di antara bebatuan yang menyempit. Suhu udara di dalam gua sekitar 30°C
dengan tingkat kelembaban dalam rongga gua berkisar 70% sedangkan kelembaban
dinding gua berkisar dari 15%-25%.
Di dalam Gua Petta Kere terdapat lebih banyak
stensil telapak tangan. Terdapat 27 stensil telapak tangan, 17 stensil di
antaranya merupakan stensil telapak tangan utuh. Selain stensil telapak tangan,
terdapat juga gambar binatang yang sedang melompat dengan anak panah tertancap
di bagian dada.
Taman Prasejarah Leang
Leang memiliki pemandangan yang sangat indah dan gugusan bebatuan di lapangan
dan persawahan menjadi spot foto yang sangat indah. Kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan di tempat ini dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya
mempelajari mengenai sejarah dan tentang batuan.
Jadi jika berkunjung ke
Sulawesi Selatan, lebih khusus lagi ke Kabupaten Maros sempatkan untuk
berkunjung ke Taman Prasejarah Leang Leang.
BAGUS BANGET TERKELOLA DENGAN BAIK, RAPI DAN JADI NYAMAN BUAT BELAJAR
BalasHapusMIRIP GUA PAYON DI PADALARANG JAWA BARAT
IYA bu..terima kasih
HapusSangat informatif pa. Terimakasih sudah berbagi ilmu.
BalasHapussama sama bu Ai Setiawati
BalasHapus